AKTIVA TETAP BERWUJUD "PEROLEHAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERHENTIAN"
A.
Pengertian
Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva tetap berwujud merupakan aktiva-aktiva yang
berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana
aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup
lama.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu
perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan,
mesin-mesin, dan alat-alat, kendaraan, dan lain-lain. Dari macam aktiva tetap
berwujud untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelempokan yakni :
1. Aktiva
tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian, dan peternakan
2. Aktiva
tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunannya bisa
diganti dengan aktiva yang sejenisnya, misalnya bangunan, mesin, alat-alat,
mebel, kendaraan, dan lain-lain
3. Aktiva
tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak
dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti
pertambangan, hutan, dan lain-lain
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas
tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap
yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya.
B.
Pengeluaran-pengeluaran
Modal dan Pendapatan
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran
yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Pengeluaran
modal (Capital Expenditures) yakni,
pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan
lebih dari satu periode akuntansi
2. Pengeluaran
pendapatan (Revenue Expenditures)
yakni, pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan. Oleh karena itu
pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya
Jadi dasar pertimbangan dalam pencatatan
pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa lama manfaat
pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu
periode akuntansi.
C.
Harga
Perolehan Aktiva Tetap Berwujud
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu
aktiva, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi
sejak pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Jenis
aktiva bermacam-macam, oleh karena itu masing-masing jenis mempunyai
masalah-masalah khusus yaitu :
1. Tanah
Tanah
yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dala
rekening tanah. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :
a. harga
beli
b. komisi
pembelian
c. biaya
balik nama
d. biaya
penelitian tanah
e. iuran-iuran
(pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
f. biaya
merobohkan bangunan lama
g. biaya
peralatan tanah, pembersihan dan pembagian
h. pajak-pajak
yang jadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah
2. Bangunan
Gedung
yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah
dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah :
a. Harga
beli
b. Biaya
perbaikan sebelum gedung itu dipakai
c. Komisi
pembelian
d. Biaya
balik nama
e. Pajak-pajak
yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian.
3. Mesin
dan Alat-alat
Yang
merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah :
a. Harga
beli
b. Pajak-pajak
yang menjadi beban pembeli
c. Biaya
angkut
d. Asuransi
selama dalam perjalanan
e. Biaya
pemasangan
f. Biaya-biaya
yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
4. Alat-alat
Kerja
Alat-alat
kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan
seperti drei, pukul besi, dan lain-lain. Karena harga perolehannya relatif
kecil maka biasanya alat-alat ini tidak didepresiasi tetapi diperlakukan seperti
:
1. Pada
waktu pembelian dikapitalisasin, kemudian setiap akhir periode dihitung
fisiknya, selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode itu dan rekening
alat-alat kerja di kredit
2. Dikapitalisasi
sebagai aktiva dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan normal,
kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya
5. Pattern
dan Dies (Cetakan-cetakan)
Cetakan-cetakan
yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening
aktiva tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya.
6. Perabot
dan Alat-alat Kantor
Pembelian
atau pembuatan alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-fungsi
produksi, penjualan, dan administrasi, sehingga deprisiasinya dapat dibebankan
pada masing-masing fungsi tersebut. Yang termasuk harga perolehan perabot atau
alat-alat kantor adalah harga beli, biaya angkut, dan pajak-pajak yang menjadi
tanggungan pembeli.
7. Kendaraan
Seperti
halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap
fungsi yang berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga
faktur, biaya balik nama, dan biaya angkut.
8. Tempat
Barang yang Dapat Dikembalikan (Returnable
Container)
Yang
termasuk dalam tempat barang yang dapat dikembalikan (Returnable Container) adalah barang-barang yang dipakai sebagai
tempat dari produk yang dijual seperti botol, drum, tangki, dan lain-lain.
Apabila tempat barang itu bisa dikembalikan maka harga jual tidak termasuk
harga tempat barang tersebut. Contoh mengenai pencatatan tempat barang :
Misalnya
pabrik makanan A menjual minuman sebanyak 1,000 botol dengan harga jual per
botol Rp. 100,00. Uang tanggungan botol sebesar 50,00 per botol. Jurnal untuk
mencatat penjualan tersebut yakni :
Piutang Rp.
75.000.00
Penjualan Rp. 50.000.00
Cadangan tempat barang Rp. 25.000.00
Perhitungan
:
Harga
jual : Rp. 100,00 x
1.000 = Rp. 100.000.00
Tanggungan botol : Rp. 50,00 x 1.000 = Rp. 50.000.00
Rp.
150.000.00
Dalam hal penjualan dengan tunai maka
uang tanggungan yang diterima di kredit kan ke rekening uang tanggungan botol.
Pengembalian botol-botol tersebut ke perusahaan dicatat dengan jurnal sebagai
berikut :
Cadangan tempat barang Rp. 50.000.00
Piutang
(kas) Rp.
50.000.00
Apabila tempat barang tidak dikembalikan
maka uang tanggungan botol ini menjadi milik perusahaan. Bila pembeli belum
membayar uang tanggungan botol maka pembeli harus melunasinya. Uang tanggungan
botol yang dibebankan pada pembeli mungkin sebesar harga perolehan botol atau
mungkin lebih besar. Misalnya harga perolehan botol sebesar Rp. 50.00 per
botol, jika pembeli tidak mengembalikan botol dalam maka jurnal yang dibuat
adalah :
Kas Rp.
50.000.00
Piutang Rp.
50.000.00
Jurnal diatas dibuat dalam hal pembeli
belum membayar uang tanggungan botol pada saat membeli minuman. Jika uang
tanggungan botol sudah dibayar maka jurnal di atas tidak perlu dibuat. Tempat
barang (botol) yang tidak dikembalikan dihapuskan dan rekening tempat barang
dengan jurnal sebagai berikut :
Cadangan tempat barang Rp. 50.000.00
Tempat barang Rp. 50.000
D.
Cara-cara
Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara,
dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga
perolehan. Masing-masing perolehan antara lain :
1. Pembelian
tunai
Aktiva
tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku
dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan
untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang
dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya
angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan,
dan biaya percobaan.
2. Pembelian
secara lumpsum atau gabungan
Apabila
dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga
perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK no
16 :
“harga perolehan dari
setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang
bersangkutan”.
E.
Perolehan
Melalui Pertukaran
1.
Ditukar dengan surat-surat berharga
Aktiva
tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan,
dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan
sebagai penukar. Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang
ditukar kedua-duanya tidak diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai
pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Nilai pertukaran ini
dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan ilai-nilai
surat-surat berharga yang dikeluarkan. Pertukaran aktiva tetap dengan saham
atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang
obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai
nominal dicatat dalam rekening agio/disagio.
Misalnya
PT X menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa, noninal @Rp.
10.000.00. Pada saat pertukaran, harga pasar saham sebesar Rp. 11.000.00 per
lembar. Pertukaran dengan mesin dengan saham ini dicatat engan jurnal :
Mesin Rp.
11.000.000
Modal saham biasa Rp. 10.000.00
Agio saham Rp. 1.000.000
Apabila
dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan mesin
adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga
yang dijadikan penukar.
2. Ditukar
Dengan aktiva Tetap yang Lain
Banyak
pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara menukar, atau sering disebut
dengan “tukar tambah”, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva
baru, baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Ada
masalah yang timbul bila harga pasar
aktiva lama maupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku aktiva
lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain
masalah tersebut, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul
karena adanya pertukaran aktiva tetap tersebut. Pembicaraan mengenai masalah
rugi atau laba pertukaran akan dipisahkan menjadi dua yaitu :
a.
Pertukaran aktiva tetap yang tidak
sejenis
Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis
adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti
misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung, dan
lain-lain.
b.
Pertukaran aktiva tetap sejenis
Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah
pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran
mesin produksi merek A dengan merek B.
Dalam hubungannya dengan aktiva tetap yang sejenis PSAK no 16 menyatakan bahwa
laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang
diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan
digunakan untuk mengkoreksi nilai wajar aktiva yang diperoleh
3. Pembelian
Angsuran
Apabila
aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas
dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari
harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga
4. Diperoleh
dari Hadiah atau Donasi
Aktiva
tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi pencatatanya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Apbila aktiva dicatat sebesar biaya
yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva aktiva dan
modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk
mengatasi keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar
harga pasarnya. Misalnya PT Y menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang
dinilai sebagai berikut :
Tanah Rp. 2.500.000,00
Gedung Rp.
4.000.000,00
Rp.
6.500.000,00
Jurnal yang dibuat oleh
PT Y untuk mencatat hadiah yang diterima adalah sebagai berikut :
Tanah Rp.
2.500.000,00
Gedung Rp.
4.000.000,00
Modal – Hadiah Rp.
6.500.000,00
Apabila
dalam penerimaan hadiah tersebut PT Y mengeluarkan biaya sebesar Rp. 100.000,00
maka modal hadiah akan dikredit dengan jumlah Rp. 6.400.000,00.
Jurnal untuk mencatat
penerimaan hadiah tersebut adalah sebagai berikut :
Tanah Rp.
2.500.000,00
Gedung Rp.
4.000.000,00
Modal – Hadiah Rp.
6.400.000,00
Kas Rp. 100.000,00
5. Aktiva
yang Dibuat Sendiri
Dalam
pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan,
upah langsung dan factory overhead langsung
tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok aktiva yang dibuat.
Tetapi biaya factory overhead tidak
langsung menimbulkan pertanyaan, berapa besar yang harus dialokasikan kepada
aktiva yang dikerjakan itu. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membebankan
biaya factory overhead yaitu:
a. Kenaikan
biaya factory overhead yang
dibebankan pada aktiva yang dibuat
b. Biaya
factory overhead dialokasikan dengan
tarif kepada pembuatan aktiva dan produksi
Apabila
dilakukan dengan cara pertama maka harga pokok aktiva yang dibuat adalah semua
biaya-biaya langsung untuk membuat aktiva itu ditambah dengan kenaikan biaya factory overhead. Sedangkan dengan cara
yang kedua harga pokok aktiva merupakan jumlah semua biaya langsung ditambah
dengan tarif yang menjadi beban aktiva yang dibuat itu.
F.
Biaya-biaya
Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap
Aktifa tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha
perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Reparasi
dan Pemeliharaan
Biaya
reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinnya biasa,
jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Kenyataanya, sering terjadi biaya
reparasi dan pemeliharaan yang sulit dipisah-pisahkan, sehingga dalam akuntansi
dipakai satu rekening untuk mencatat biaya reparasi dan pemeliharaan. Karena
biaya reparasi dan pemeliharaan itu sering terjadi (berulang-ulang), dapat
disimpulkan bahwa manfaat biaya-biaya tersebut hanya dalam periode terjadinya,
sehingga dapat dicatat sebagai biaya (pengeluaran pendapatan). Ada dua cara
untuk mencatat biaya reparasi besar yaitu :
a. Menambah
harga perolehan aktiva tetap, apabila biaya ini dikeluarkan untuk menaikkan
nilai kegunaan aktiva dan tidak menambah umurnya
b. Mengurangi
akumulasi depresiasi, apabila biaya ini dikeluarkan untuk memperpanjang umur
aktiva tetap dan mungkin juga nilai residunya.
2. Penggantian
Pengganian
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian
aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama, misalnya penggantian dinamo
mesin. Penggantian bagian-bagian aktiva yang biayanya kecil diperlakukan dengan
cara yang sama seperti reparasi kecil. Apabila bagian-bagian yang diganti itu
biayanya cukup besar, maka harga perolehan bagian itu dihapuskan dari rekening
aktiva dan diganti dengan harga perolehan yang baru. Misalnya mesin harga
perolehannya Rp. 10.000.000,00 sesudah didepresiasi 70%, sebuah suku cadang
yang diperkirakan harga perolehannya sebesar 20% dari harga perolehan mesin
diganti dengan suku cadang yang baru, harganya Rp. 3.000.000,00. Jurnal untuk
mencatat penggantian suku cadang tersebut sebagai berikut :
Akumulasi depresiasi – Mesin Rp. 1.400.000,00
Rugi penggantian suku
cadang Rp. 600.000,00
Mesin Rp.
2.000.000,00
Perhitungan :
Harga perolehan suku
cadang yang diganti :
20% x Rp.10.000.000,00 = Rp.
2.000.000,00
Akumulasi depresiasi :
70% x Rp.2000.000,00 = Rp. 1.400.000,00
Rugi besar nilai buku
suku cadang tersebut = Rp.
600.000,00
Pemasangan suku cadang
yang baru dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Mesin Rp. 3.000.000,00
Kas Rp.
3.000.000,00
Perhitungan depresiasi
sesudah adanya penggantian suku cadang di atas menjadi berubah.
3. Perbaikan
(Betterment/Improvement)
Perbaikan
adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan
yang lebih besar. Perbaikan yang biayanya kecil dapat diperlakukan seperti
reparasi biasa, tetapi perbaikan yang memakan biaya yang besar dicatat sebagai
aktiva baru.
4. Penambahan
(Addition)
Penambahan
adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan
ruang dalam bangunan, ruang parkir dan lain-lain. Akhir-akhir ini sering
terdapat tambahan mesin yang dipasang dalam pabrik untuk menghilangkan
(mengurangi) pencemaran. Apabila alat tambahan itu dipasang menjadi satu dengan
mesin maka biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang alat itu
merupakan suatu penambahan.
5. Penyusunan
Kembali aktiva Tetap (Rearrangement)
Biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route produksi,
atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat
penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka
harus dikapitalisasi.
G.
Pemberhentian
Aktiva
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan
cara dijual, ditukarkan ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap
dihentikan dari pemakaian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva
tersebut dihapuskan. Misalnya : mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2005
dengan harga Rp. 3.200.000,00, pada tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga Rp.
650.000,00. Mesin tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan
cara garis lurus, taksiran nilai residu Rp. 200.000,00. Penjualan mesin pada
tanggal 1 Juli 2009 dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Depresiasi
mesin Rp.
300.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp. 300.000,00
Depresiasi
6 bulan :
6/12
x 1/5 x Rp.(3.200.000,00-200.000,00) = Rp. 300.000,00
Kas Rp. 650.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp. 2.650.000,00
Mesin Rp. 3.200.000,00
Laba penjualan mesin Rp. 100.000,00
Perhitungan
:
Harga
jual Rp.
650.000,00
Nilai
buku mesin :
Harga
perolehan Rp.
3.200.000,00
Akumulasi
depresiasi :
2005
: 11 bulan = Rp. 550.000,00
2006
: 12 bulan = Rp. 600.000,00
2007
: 12 bulan = Rp. 600.000,00
2008
: 12 bulan = Rp. 600.000,00
2009
: 6 bulan = Rp. 300.000,00
Rp.
2.650.000,00
Rp.
550.000,00
Laba penjualan aktiva tetap Rp.
100.000,00
H.
Asuransi
Kebakaran
Perusahaan biasanya mengasuransikan harta bendanya
terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian ini
dinyatakan dalam polis. Perusahaan asuransi akan mengganti kerugian dalam hal
adanya kebakaran maksimum sebesar jumlah pertanggunagn yang dinyatakan dalam
polis. Misalnya PT F mengasuransikan gedungnya dengan jumlah pertanggungan
sebesar Rp. 5.000.000,00. Pada tanggal 20 Oktober 2006 gedung tersebut terbaka habis.
Setelah dinilai, disetujui nilai gedung pada saat terbakar sebesar Rp.
5.500,000,00 (harga pasar). Karena jumlah kerugian (Rp.5.500.000,00) lebih
besar dari jumlah pertanggungan maka yang diganti oleh perusahaan asuransi
hanya sebesar jumlah pertanggungannya (Rp. 5.000.000,00). Apabila jumlah
kerugian di bawah jumlah pertanggungan maka perusahaan asuransi akan mengganti
seluruh kerugian.
I.
Asuransi
Bersama
Syarat asuransi bersama adalah syarat yang
menyatakan bahwa apabila harta benda diasuransikan (dipertangungkan) dengan
jumlah yang lebih rendah daripada suatu persentase tertentu dari harga pasar
benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran, maka perusahaan yang
mempertanggungkan akan memikul kerugian karena kebakaran sebanding dengan
selisih jumlah pertanggungan dengan persentase tertentu dari harga pasar harta
tersebut. Misalnya : mesin diasuransikan sebesar Rp. 1.500.000,00. Pada suatu
ketika mesin tersebut terbakar, dan kerugian yang timbul sebesar Rp.
1.200.000,00. Pada saat kebakaran, harga pasar mesin tersebut sebesar Rp.
3.000.000,00. Polis asuransi menyebutkan syarat asuransi bersama 80%. Maka
kerugian akan ditanggung sebagai :
Jumlah
pertanggungan : Rp. 1.500.000,00
Coinsurance
requirement : 80% x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 2.400.000,00
Selisih
jumlah pertanggungan dengan coinsurance requirement :
Rp.
2.400.000,00 – Rp. 1.500.000,00 = Rp. 900.000,00
Perusahaan
asuransi =
Rp. 1.500.000,00 x
Rp. 1.200.000,00 = Rp. 750.00,00
80% x Rp. 3000.000,00
Pihak
yang mengasuransikan =
Rp. 900.000,00 x Rp. 1.200.000,00 = Rp. 450.000,00
80%
x Rp. 3000.000,00
Jumlah
kerugian Rp. 1.200.000,00
J.
Polis
Gabungan
Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva
dalam satu polis, maka polis itu akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya
adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut pada saat terjadinya kebakaran.
Misalnya : polis asuransi dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp. 3.000.000,00
untuk mesin-mesin dan gedung, dengan syarat asuransi bersama 80%. Pada saat kebakaran,
harga pasar mesin sebesar Rp. 2.000.000,00 dan gedung Rp. 4.000.000,00.
Kebakaran melanda gedung dan perhitungan ganti rugi untuk gedung sebagai
berikut :
Pertanggungan
Rp. 3.000.000,00 dialokasikan kepada :
Mesin
= 2.000.000 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00
6.000.000
Gedung
= 4.000.000 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00
6.000.000
Coinsurance
requirement : 80% x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 3.200.000,00
Perhitungan
rumus coinsurance :
2.000.000
x
Rp. 4.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
3.200.000
Karena
jumlah pertanggungan yang dialokasikan untuk gedung (Rp. 20.000.000,00) lebih
rendah dari kerugian (Rp.4000.000,00) dan hasil perhitungan dengan rumus
asuransi bersama (Rp. 2.500.000,00), maka ganti ruginya sebesar Rp.
2.000.000,00
K.
Pencatatan
Asuransi Kebakaran
Apabila terjadi kebakaran atas harta yang
diasuransikan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk mengadakan pencatatan
akuntansinya adalah :
1. Menyusun
kembali catatan-catatan yang terbakar (jika ada)
2. Menentukan
nilai buku aktiva yang terbakar
3. Menyesuaikan
buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat terjadinya
kebakaran
4. Membebankan
nilai buku aktiva yang terbakar dan biaya-biya yang timbul pada saat kebakaran,
ke rekening kerugian kebakaran
5. Menentukan
jumlah yang akan diterima dari perusahaan asuransi
6. Rekening
kerugian kebakaran dikredit dengan jumlah yang diterima dari penjualan aktiva
yang terbakar
7. Menutup
saldo rekening kerugian ke rekening laba rugi. Saldo ini menunjukkan rugi atau
laba dari kebakaran
Contoh melakukan
pencatatan kerugian kebakaran :
Misalnya beberapa
rekening dalam buku-buku PT Mujur pada tanggal 1 Januari 2006 menunjukkan
saldo-saldo sebagai berikut :
Asuransi dibayar di
muka Rp.
74.000.000,00
Mesin dan perabot (umur
ekonomis 4 tahun) Rp. 480.000,00
Akumulasi depresiasi
mesin dan perabot Rp. 240.000,00
Gedung (umur ekonomis
30 tahun) Rp. 6.000.000,00
Akumulasi depresiasi
gedung Rp. 2.000.000,00
Asuransi di bayar di
muka adalah premi untuk 2 buah polis sebagai berikut :
a. Untuk
mesin dan perabot jumlah pertanggungan Rp. 280.000,00 tanggal 1 Juli 2005,
jangka waktu 3 tahun, premi Rp. 12.000,00
b. Untuk
gedung, jumlah pertanggungan Rp. 3.360.000,00, tanggal 1 Januari 2005, jangka
waktu 3 tahun dengan syarat asuransi bersama 80%, premi Rp. 96.000,00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar